SoE, Faktahukumntt.com – 02 Januari 2023

Dalam kehidupan, setiap orang harus memperjuangkan hidupnya dan berjuang untuk masa depannya dengan pengorbanan yang besar. Termasuk rela meninggalkan kampung halaman dan keluarga tercinta untuk mengadu nasib ke tanah rantau.

Demikian halnya yang dialami oleh Drs. Ananias Faot, M.Si. Pria kelahiran Desa Tetaf, Kecamatan Kuatnana, Kabupaten TTS ini dalam kisahnya ia harus meninggalkan kampung halaman dan keluarga tercinta sejak usia 10 tahun untuk melanjutkan pendidikan dan meniti karir sebagai ASN di bumi Cendrawasih – Papua.

Alhasil, pengorbanan tersebut membawanya menduduki jabatan sebagai Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusa (Kepala BKPSDM) Kabupaten Mimika, Propinsi Papua Tengah saat ini.

Ditemui tim media di Blessing Hotel, Kota SoE pada Sabtu (31/12/2022), pria kelahiran 1972 ini menceritakan kisah perjalanan hidup dan perjuangannya di rantau orang. Dirinya menyampaikan perasaan sedihnya ketika harus meninggalkan kampung kelahiran dan keluarga ke tempat yang sangat jauh.

Ananias mengisahkan bahwa kehidupan ekonomi keluarganya pada saat itu sangat memprihatinkan. Bahkan buat makan saja, ayahnya harus berjuang keras dari bertani untuk bisa menghidupi dia bersama 6 orang saudara kandung lainnya.

“Saya lahir dirumah bulat. Untuk makan saja, bapak harus bekerja sangat keras. Kondisi saat itu memang sangat sulit untuk mendapatkan makanan. Jadi kami terpaksa harus makan kacang racun (kot pesi dalam bahasa dawan timor) yang proses memasaknya butuh delapan kali dan biji asam yang prosesnya juga sangat sulit,” kisah Ananias.

Melihat kondisi ekonomi keluarga yang begitu sulit, akhirnya Ia memutuskan untuk berangkat bersama salah satu pamannya ke tanah Papua pada tahun 1982, tepatnya ke Mimika (sekarang Kabupaten Mimika) yang dulunya adalah salah satu kecamatan dari kabupaten Fak-Fak, Propinsi Papua (pada saat itu masih Irian Jaya).

“Saya berangkat ikut om (paman) ke Papua pada tahun 1982. Saat itu saya masih kelas III SD. Kemudian melanjutkan SD di kabupaten Fak-Fak dan tamat di sana, lalu masuk SMP di kabupaten Fak-Fak tetapi tidak menyelesaikannya di Fak-Fak karena om (paman) dipindahtugaskan ke Mimika sehingga saya menyelesaikan SMP di Mimika,” kata Ananias.

Setelah tamat SMP di Mimika lanjutnya, saya kembali ke Fak-Fak dan melanjutkan SMA hingga tamat. Pada tahun 1991, saya mengikuti tes STPDN (pada saat itu pasca perubahan nama dari APD Nasinonal) dan dinyatakan lulus sebagai salah satu pendatang bersama 2 orang teman. Selanjutnya kami mengikuti pendidikan di Jatinangor, Bandung. Karena waktu itu programnya Diploma III, maka kami diwajibkan bekerja selama dua tahun baru boleh melanjutkan pendidikan S-1.

Setelah menyelesaikan D-3, kami dikembalikan ke Irian Jaya pada saat itu dan saya ditugaskan di kabupaten Jayawijaya yang dikenal dengan Wamena selama kurang lebih satu bulan, lalu ditempatkan lagi di satu kecamatan yang sangat sulit dan terpencil, tepatnya berbatasan dengan Papua Nugini selama satu tahun.”

“Kemudian dipindahkan lagi ke perwakilan kecamatan sebagai staf, satu tahun bertugas disana, diangkat sabagai kepala perwakilan kecamatan, kemudian berubah status menjadi kecamatan pembantu. Selanjutnya terjadi pemekaran di 53 kecamatan se-Irian Jaya pada saat itu dan diangkat lagi sebagai camat definif pada tahun 1996. Setelah itu tepatnya tahun 1999 saya diberi kesempatan oleh pemerintah daerah untuk melanjutkan pendidikan S-1 di Institut Ilmu Pemerintahan di daerah Cilandak, Jakarta Selatan,” kata Ananias.

“Selepas dari pendidikan S-1, saya ditempatkan di kabupaten Fak-Fak kurang lebih 8 tahun di Sekretariat Daerah pada bagian organisasi, bagian umum, dan bagian pemerintahan (sebagai Kasubag). Tahun 2010 saya pindah atas permintaan sendiri ke kabupaten Mimika dan diangkat menjadi kepala Distrik (statusnya sama dengan Camat) selama dua tahun di daerah Friport (kawasan perkantoran Friport namanya kecamatan Kuala Kencana) selama dua tahun di situ,” sambungnya

Lalu dipindahkan ke kecamatan Hoya (daerah pegunungan yang sangat sulit dan tidak ada orang pendatang, hanya saya sendiri) dan menjabat selama 9 bulan. Tahun 2015 dipindahkan lagi ke kecamatan Mimika Timur Jauh (daerah pesisir).

“Setelah itu pada tahun 2016 dipindahkan lagi sebaga Kepala Distrik (Camat) ke kecamatan Mimika Baru (daerah Kota) sampai dengan tahun 2020. Kemudian saya diberikan kepercayan menjabat sebagai Sekretaris DPRD Kabupaten Mimika. Dan puji Tuhan, kepercayaan dari Pimpinan Daerah di kabupaten Mimika berlanjut hingga pada Juni 2022 lalu, saya diangkat menjadi Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Mimika,” ucap Ananias.

Aninias juga mengatakan bahwa apa yang diraih saat ini, tidak terlepas dari doa orang tua dan keluarga.

“Tuhan memperhitungkan setiap doa dari orang tua dan keluarga besar di tanah Timor hingga saya mencapai titik ini. Saya bersyukur terlahir sebagai orang Timor yang diutus Tuhan untuk melayani saudara-saudara kita di tanah Papua,” kata Ananias penuh haru. 

“Apa yang saya capai saat ini bukan berarti tanpa tantangan. Namun ketika dihadapkan dengan tantangan, Tuhan memberi jalan keluar melalui berbagai cara. Termasuk saudara-saudara orang asli Papua yang banyak berkontribusi membantu saya selama ada di tanah Papua. Mereka (orang asli Papua) seperti saudara kandung bagi saya dan keluarga,” tutupnya

Tetap Terhubung Dengan Kami:
Laporkan Ikuti Kami Subscribe

CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.