Ananias mengisahkan bahwa kehidupan ekonomi keluarganya pada saat itu sangat memprihatinkan. Bahkan buat makan saja, ayahnya harus berjuang keras dari bertani untuk bisa menghidupi dia bersama 6 orang saudara kandung lainnya.

“Saya lahir dirumah bulat. Untuk makan saja, bapak harus bekerja sangat keras. Kondisi saat itu memang sangat sulit untuk mendapatkan makanan. Jadi kami terpaksa harus makan kacang racun (kot pesi dalam bahasa dawan timor) yang proses memasaknya butuh delapan kali dan biji asam yang prosesnya juga sangat sulit,” kisah Ananias.

Melihat kondisi ekonomi keluarga yang begitu sulit, akhirnya Ia memutuskan untuk berangkat bersama salah satu pamannya ke tanah Papua pada tahun 1982, tepatnya ke Mimika (sekarang Kabupaten Mimika) yang dulunya adalah salah satu kecamatan dari kabupaten Fak-Fak, Propinsi Papua (pada saat itu masih Irian Jaya).

“Saya berangkat ikut om (paman) ke Papua pada tahun 1982. Saat itu saya masih kelas III SD. Kemudian melanjutkan SD di kabupaten Fak-Fak dan tamat di sana, lalu masuk SMP di kabupaten Fak-Fak tetapi tidak menyelesaikannya di Fak-Fak karena om (paman) dipindahtugaskan ke Mimika sehingga saya menyelesaikan SMP di Mimika,” kata Ananias.

Tetap Terhubung Dengan Kami:
Laporkan Ikuti Kami Subscribe

CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.